Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Pages

Sabtu, 05 Februari 2011

Wudlu…!!

Wudlu, selain sebagai kewajiban, juga memberikan manfaat yang tak sedikit bagi fisik kita. Hal ini bisa kita fahami dengan ilmu dan juga logika. Seorang muslim dan muslimah rata-rata berwudlu lima kali sehari. Kalau secara logis, wudlu dapat membersihkan minimal anggota tubuh yang lebih mudah kotor atau terkena kotoran karena tidak tertutup baju atau banyak digunakan beraktifitas seperti wajah, tangan, kaki, mulut, dan hidung.
Ketika kita membasuh anggota wudlu, basuhan tersebut akan memberikan rangsangan terhadap syaraf-syaraf di anggota tubuh kita yang dibasuh. Ketika kita membasuh muka dan menggosoknya, maka pada saat itu menghilangkan kotoran-kotoran yang ada di muka kita sekaligus merangsang syaraf pada wajah. Hal ini akan berakibat wajah bersih, segar, berseri, dan juga lebih kencang.

Ketika kita berkumur, secara tidak langsung kita telah membersihkan gigi dan mulut kita sehingga tidak gampang sakit dan mengurangi bau mulut. Bukankah ini juga bagian dari kecantikan? Begitu pula saat kita menghirup air ke dalam hidung, tentu saja air tersebut akan meluruhkan kotoran dan merangsang saraf hidung.
Ketika membasuh kaki dan menggosoknya, maka kita sekaligus merangsang saraf di telapak kaki. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa telapak kaki merupakan pusat saraf yang jika mendapat rangsangan bisa memberikan perbaikan dan menyehatkan organ tubuh lainnya. Di telapak kaki juga terdapat saraf yang berhubungan dengan wajah, sehingga merangsang saraf kaki InsyaAlloh akan ikut menjaga wajah yang segar, tidak cepat tua, dan tentu saja cantik.
Itulah wudlu, yang dengannya Alloh menyatakan bahwa air wudlu yang mengalir dari sela-sela jari akan menggugurkan dosa-dosa. Lebih dari itu, bahkan Alloh mengatakan bahwa bekas wudlu itu akan memancarkan sinar di wajah pemiliknya. Maka selain berpahala, wudlu menjadikan wajah kita semakin berseri, bukan saja karena secara fisik ia mengangat semua kotoran, tetapi karena ia juga menjadi penyebab terpancarnya inner beauty: jiwa yang tenang dalam ketaatan dan jiwa yang terbersihkan dari dosa-dosa. (Sumber dari buku tentang wudlu, dengan bahasa saya sendiri)
Read More...

Sahabat…

Pada setiap masa dalam hidup saya selalu ada orang-orang yang memiliki kedudukan penting. Mereka adalah teman, atau tepatnya sering disebut sahabat. Entah mulanya kapan, tetapi sejak kecil saya selalu memiliki sahabat. Baik laki-laki maupun perempuan. Ada yang sebaya, lebih kecil, atau bahkan lebih tua. Mereka selalu berpengaruh dalam kehidupan saya. Dalam sikap hidup saya. Dalam cara pandang saya. Dalam cara berpikir saya. Semuanya.

Ketika saya SD, sahabat adalah orang-orang yang padanya saya bercerita tentang apa saja. Kegembiraan, kekesalan, kesedihan juga cerita tentang orang-orang dan kejadian di sekeliling kami. Sahabat adalah teman saya bermain dan belajar.
Sahabat masa SMP bukan lagi hanya teman bermain, berbagi gembira dan sedih. Mereka adalah teman ngegang. Bersama mereka saya mencari jati diri, mengidolakan seseorang, ngobrol tentang gaya hidup dan sejenisnya.
Pada masa SMU, sahabat sudah menjadi salah satu bagian terpenting kehidupan saya. Kepada mereka saya bercerita tentang cita-cita saya, mimpi-mimpi saya, juga permasalahan-permasalahan saya. Pandangan saya terhadap lingkungan, pandangan saya terhadap kehidupan, juga sikap-sikap saya terhadap berbagai fenomena. Bersama mereka saya berbagi aktivitas, berbagi tugas, beban, juga kebahagiaan.
Tentu saja, dalam kehidupan berteman selalu ada lika-likunya. Dulu, saya sering sebel jika sahabat saya pergi dengan orang lain sedang saya tidak diajak. Saya merasa tersisih. Dulu, saya sering sedih jika mereka tidak bisa menemani saya. Padahal, tentu saja saya tahu, mereka juga punya teman lain, keluarga dan urusan sendiri sehingga tidak bisa meluangkan sepenuh waktunya untuk saya. Tapi, tetap saja saya merasa sedih.
Semua sahabat saya, masing-masing memiliki kedudukannya sendiri. Jadi, jika ditanya, siapa yang paling berarti atau paling istimewa, maka jawabnya adalah:tidak ada. Masing-masing mereka semua unik, spesial bagi saya. Tak tergantikan.
Namun, toh, akhirnya mereka pergi satu per satu dari kehidupan saya seiring dengan perputaran waktu. Mereka menjauh dari kehidupan saya dengan bermacam-macam alasan. Ada yang memang sengaja menjauh dari saya. Ada juga yang memang harus dan telah memiliki kehidupan yang baru. Yang berarti mereka juga akan mendapatkan sahabat baru dan aktifitas yang baru pula. Memang sudah sunnatulloh, setiap ada pertemuan, akan ada perpisahan.
Dan setiap perpisahan terjadi, saya selalu berurai air mata. Kehilangan. Butuh waktu yang cukup lama untuk beradaptasi mengenang mereka, sampai akhirnya menemukan sahabat baru dan menutup lembaran bersama sahabat lama. Padahal saya ingin memiliki sahabat sepanjang masa, seiring bertambahnya usia, maka betambah pula orang yang hadir dalam hidup saya. Tapi ternyata tidak bisa. Setelah mereka turut hadir mewarnai kehidupan saya, mereka akhirnya selalu harus pergi.
Ketika saya sedang kesepian sendiri, saya baru teringat pada sahabat saya yang lain. Sahabat yang tidak pernah meninggalkan saya, justru saya yang meninggalakan-Nya. Sahabat yang tak pernah bosan mendengar keluhan saya. Sahabat yang pasti tersenyum mendengar tentang mimpi-mimpi saya dan selalu memotivasi saya. Sahabat yang menawarkan rengkuhan-Nya tiap saya bersedih. Sahabat yang tidak pernah meninggalkan saya kapan pun.
Kini saya tak perlu khawatir ditinggalkan oleh Nya karena keberadaan-Nya tak bisa dibandingkan dengan panjang usia saya. Saya tak lagi takut sakit hati. Dan kini saya gembira karena saya tidak lagi kesepian karena Dia senantiasa menemani saya dimana pun saya berada. Sahabat sepanjang masa yang pernah saya impikan. (Diambil dari pengalaman pribadi saya dan membaca buku tentang sahabat)
Read More...

Mengapa Harus Jilbab??

Bagi yang dikaruniai fisik menarik, cantik, berkulit putih, dan berbodi bagus, jilbab akan melindungi pemakainya dari pandangan liar mata-mata penuh nafsu, dari pelecehan, memberinya wibawa dan kehormatan, sekaligus mencegahnya untuk pamer semena-mena sehingga menimbulkan iri dari sesama wanita yang kebetulan tidak mendapatkan karunia itu.
Bagi yang tidak cantik, jilbab akan menutupi kekurangannya sehingga orang tidak bisa seenaknya melecehkan kulit hitam mereka, atau tidak seimbangnya tubuh mereka. Juga jika ada kecacatan pada anggota tubuh mereka, jilbab akan mengangkat derajat mereka, menjadikan pemakainya dihormati dan memiliki wibawa. Dan, ia tak lagi perlu iri kepada sesamanya yang kebetulan memiliki fisik bagus.

Wanita yang kurang cantik tak lagi perlu takut dilihat kekurangannya. Yang cantik juga tak sewenang-wenang menunjukkan kecantikannya. Jilbab mempertemukan keindahan di pertengahan. Dan, bukankah pertengahan itu berarti keadilan?
Pada akhirnya, wanita akan dinilai dengan standar yang sama: otak dan hatinya, cara pandangnya, hasil pikirnya, dan moralnya (ketakwaannya).
Secara pribadi, saya sudah merasakan manfaatnya. Terlepas dari kedudukan saya sebagai seorang muslimah yang berusaha memenuhi kewajiban agama untuk menutup aurat, ketika kemudian penampilan saya berubah -mengenakan jilbab- saya baru mulai merasakan penghargaan yang sebenarnya dari orang lain. Saya tak pernah lagi dinilai berdasarkan kecantikan, gaya, atau cara berpakaian. Saya merasa lebih funky, cool, dan confident. Dihormati. Dihargai. Dianggap setara. Setulusnya.
Kalau begitu, mari kita kampanyekan: ayo berjilbab!!
Read More...