Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Pages

Sabtu, 05 Februari 2011

Sahabat…

Pada setiap masa dalam hidup saya selalu ada orang-orang yang memiliki kedudukan penting. Mereka adalah teman, atau tepatnya sering disebut sahabat. Entah mulanya kapan, tetapi sejak kecil saya selalu memiliki sahabat. Baik laki-laki maupun perempuan. Ada yang sebaya, lebih kecil, atau bahkan lebih tua. Mereka selalu berpengaruh dalam kehidupan saya. Dalam sikap hidup saya. Dalam cara pandang saya. Dalam cara berpikir saya. Semuanya.

Ketika saya SD, sahabat adalah orang-orang yang padanya saya bercerita tentang apa saja. Kegembiraan, kekesalan, kesedihan juga cerita tentang orang-orang dan kejadian di sekeliling kami. Sahabat adalah teman saya bermain dan belajar.
Sahabat masa SMP bukan lagi hanya teman bermain, berbagi gembira dan sedih. Mereka adalah teman ngegang. Bersama mereka saya mencari jati diri, mengidolakan seseorang, ngobrol tentang gaya hidup dan sejenisnya.
Pada masa SMU, sahabat sudah menjadi salah satu bagian terpenting kehidupan saya. Kepada mereka saya bercerita tentang cita-cita saya, mimpi-mimpi saya, juga permasalahan-permasalahan saya. Pandangan saya terhadap lingkungan, pandangan saya terhadap kehidupan, juga sikap-sikap saya terhadap berbagai fenomena. Bersama mereka saya berbagi aktivitas, berbagi tugas, beban, juga kebahagiaan.
Tentu saja, dalam kehidupan berteman selalu ada lika-likunya. Dulu, saya sering sebel jika sahabat saya pergi dengan orang lain sedang saya tidak diajak. Saya merasa tersisih. Dulu, saya sering sedih jika mereka tidak bisa menemani saya. Padahal, tentu saja saya tahu, mereka juga punya teman lain, keluarga dan urusan sendiri sehingga tidak bisa meluangkan sepenuh waktunya untuk saya. Tapi, tetap saja saya merasa sedih.
Semua sahabat saya, masing-masing memiliki kedudukannya sendiri. Jadi, jika ditanya, siapa yang paling berarti atau paling istimewa, maka jawabnya adalah:tidak ada. Masing-masing mereka semua unik, spesial bagi saya. Tak tergantikan.
Namun, toh, akhirnya mereka pergi satu per satu dari kehidupan saya seiring dengan perputaran waktu. Mereka menjauh dari kehidupan saya dengan bermacam-macam alasan. Ada yang memang sengaja menjauh dari saya. Ada juga yang memang harus dan telah memiliki kehidupan yang baru. Yang berarti mereka juga akan mendapatkan sahabat baru dan aktifitas yang baru pula. Memang sudah sunnatulloh, setiap ada pertemuan, akan ada perpisahan.
Dan setiap perpisahan terjadi, saya selalu berurai air mata. Kehilangan. Butuh waktu yang cukup lama untuk beradaptasi mengenang mereka, sampai akhirnya menemukan sahabat baru dan menutup lembaran bersama sahabat lama. Padahal saya ingin memiliki sahabat sepanjang masa, seiring bertambahnya usia, maka betambah pula orang yang hadir dalam hidup saya. Tapi ternyata tidak bisa. Setelah mereka turut hadir mewarnai kehidupan saya, mereka akhirnya selalu harus pergi.
Ketika saya sedang kesepian sendiri, saya baru teringat pada sahabat saya yang lain. Sahabat yang tidak pernah meninggalkan saya, justru saya yang meninggalakan-Nya. Sahabat yang tak pernah bosan mendengar keluhan saya. Sahabat yang pasti tersenyum mendengar tentang mimpi-mimpi saya dan selalu memotivasi saya. Sahabat yang menawarkan rengkuhan-Nya tiap saya bersedih. Sahabat yang tidak pernah meninggalkan saya kapan pun.
Kini saya tak perlu khawatir ditinggalkan oleh Nya karena keberadaan-Nya tak bisa dibandingkan dengan panjang usia saya. Saya tak lagi takut sakit hati. Dan kini saya gembira karena saya tidak lagi kesepian karena Dia senantiasa menemani saya dimana pun saya berada. Sahabat sepanjang masa yang pernah saya impikan. (Diambil dari pengalaman pribadi saya dan membaca buku tentang sahabat)

0 komentar:

Posting Komentar